Tanya Jawab EWC dengan Gregg Black
Rider Yoshimura SERT Motul asal Inggris Raya Gregg Black (34) bicara soal ekspektasi tak terduga di Suzuka, hilangnya tekanan, apa yang diperlukan untuk menang di Circuit Paul Ricard dan momen yang dibangun jelang edisi ke-100 balapan 24 jam yang legendaris ini.
Kamu akan balapan di Bol d’Or setelah finis di posisi ke-3 Suzuka. Hasil yang bagus tapi melampaui ekspektasi, mungkin?
“Ya, hasil yang hebat buat tim dan buat saya sendiri. Naik podium sebagai orang Eropa di sana selalu berkesan karena sulit sekali balapan dengan semua kompetitor tim dan rider Jepang yang sudah menghabiskan banyak waktu khusus untuk balapan ini. Selalu menantang membalap dengan mereka tapi kami buktikan tahun ini dengan Yoshimura, SERT, dan Bridgestone bahwa kami bisa bersaing. Minggu itu berat bagi Sylvain [Guintoli] dan Xavier [Siméon] jadi akhirnya hanya saya dan Kazuki [Watanabe] yang balapan, dan goal kami jelas: dapat beberapa poin untuk kejuaraan. Tapi akhirnya kami menemukan ritme balapan yang bagus dan bahkan kalau kami finis di posisi ke-4 pun, yang kami sudah siap terima, hasilnya tetap kami syukuri karena kami sudah berjuang dengan keras di balapan yang susah itu. Menjelang balapan selesai YART membuat kesalahan dan kami pun finis ketiga tapi itulah racing, hasilnya sangat bagus dan kami sangat senang.”
Apakah poin tambahan yang didapat memberikan sedikit ruang untuk bernapas dalam persaingan?
“Sesungguhnya kami tidak dapat tekanan yang begitu parah sejak musim balap dimulai, jadi kami hanya terus melanjutkan pekerjaan kami. Semuanya adalah tentang kerja sama tim, upaya yang dikeluarkan, fokus pada apa yang harus kami lakukan tanpa melihat apa yang orang lain kerjakan dan pada dasarnya itu semualah yang membuat kami kuat. Kalau pun kami memimpin klasemen dengan poin lebih atau tidak kami selalu memulai dengan goal yang sama, yakni untuk menang.”
Bagaimana kamu mengulang performa di Suzuka ke Paul Ricard and final EWC?
“Bol d’Or sering sekali bermurah hati kepada kami. Treknya sangat cocok dengan karakteristik motor Suzuki. Lintasannya lebih kecil dan sempit jadi lebih kompetitif, dan kami tahu kami bisa menang dengan jadi yang tercepat. Tujuan kami adalah untuk memenangkan titel dan mengerjakan pekerjaan kami seperti biasa. Poin kuat kami salah satunya adalah konsistensi, kami punya motor yang kuat dan konsisten, dan di tahun yang lalu, beberapa tim mengalami masalah pada aspek ini. Kami berharap bisa menyelesaikan balapan dan kami harap lebih banyak tim yang juga bisa membalap sampai akhir karena tahun lalu banyak sekali yang mundur dan balapannya jadi sedikit membosankan menjelang akhir. Semoga semangat balapannya terus berkobar hingga akhir dan kami harap bisa menang.”
Di titik mana kamu akan mengorbankan kecepatan demi bisa tampil sampai akhir balapan?
“Goalnya untuk memenangkan titel dan kami akan mencetak poin yang dibutuhkan saat balapan. Jika kami finis di posisi ke-3 pada balapan dan poin yang didapat cukup untuk merengkuh gelar, ya kami akan finis ketiga. Jika kami butuh finis di posisi kedua dan perlu mengejar kompetitor, maka kami akan berusaha sekuat mungkin untuk bisa mengamankan gelar. Semuanya tergantung keadaan. Kami sebagai rider dan tim cukup pintar untuk mengatur situasi karena kami sudah melakukan hal yang sama sebelumnya. Kami hanya perlu untuk terus berkonsentrasi pada perkejaan kami. Kami tampil hebat di Le Mans dan bisa menjaga kemampuan kami di Spa dan Suzuka, sehingga saya pun optimis bisa tampil bagus di Paul Ricard. Goal utama kami finis di posisi tiga besar. Kalau kami bisa memenangkan balapan tanpa mengambil terlalu banyak resiko maka akan kami sanggupi.”
Sesulit apa sih Sirkuit Paul Ricard?
“Lintasannya bukan yang paling menantang secara fisik tahun ini karena ada banyak sisi sirkuit yang cepat, berliku, tak banyak bagian yang perlu pengereman terlalu dalam dan ada satu sisi lintasan lurus yang sangat panjang. Hal utama yang harus diperhatikan adalah jangan buat banyak kesalahan karena sirkuitnya cepat jadi hindari membalap dengan lambat, membuat insiden di trek, mencecerkan oli, dll. Kamu harus perhatikan bahwa segalanya bisa saja terjadi. Dan tentu saja konsisten, kamu harus tahu betul motor kamu, tahu kapan harus menarik gas lebih dalam, tahu kapan harus menyimpannya dan tidak menggunakannya secara berlebihan karena imbasnya buruk bagi mesin.”
Bagaimana dengan peran cuaca?
“Biasanya cuaca bagus di sini. Bisa saja turun hujan karena di tahun-tahun sebelumnya pun pernah demikian. Biasanya kalau hujan suhu tidak terlalu dingin jadi resikonya lebih rendah. Tapi satu hal yang harus dimonitor adalah angin. Beberapa tahun ini anginnya sangat kencang yang membuat rider kesulitan dengan marka rem. Umumnya lebih sulit membalap dengan angin kencang jadi kamu harus berhati-hati dan memahami situasinya dari A sampai Z.”
Gregg Black diset untuk bergantian memacu #1 Suzuki GSX-R1000R dengan ban Bridgestone tim Yoshimura SERT Motul dengan Sylvain Guintoli dan Kazuki Watanabe untuk balapan Bol d’Or ke-100 pada 15-18 September yang menjad balapan penentu FIM Endurance World Championship 2022. Cek status klasemen sementara di sini: https://www.fimewc.com/standings/